Jumat, 26 September 2008

A Swing to remember


Two thousand four that time
November rain with your coming
To the thousand islands country
Indonesia

Walking alone
Your experiences and background
No fear at all, no tear at all
Samurai culture

To the matters of projects
To the matters of plants
To the matters of machineries
To the matters for teaching
Your knowledge and background

Weekend you bring your sword
To the green battle
Swing your sword
A 360 degrees swing
Aim the green as you wish for
I never know

Promised me to teach
What I need to know
It’s not finish at all
You should go back

The highest calling
The sun rise country
For your return
Watching us
From the higher tower

Hope you’ll remember us
For the weakness and strength
To remember Indonesia
To remember us
Just remember

=========================
September 2008
to Remember Chiba san
by Gersom Nainggolan

Kamis, 25 September 2008

Back to Gym

Kesehatan adalah aset yang sangat berharga bagi seorang manusia, mulai dari lahir sampai akhir hayatnya kata kesehatan menjadi kata yang melekat dari kalimat perjalanan seseorang.

Tahun 1997, sewaktu saya kuliah di FEUI Salemba, adalah tahun yang sama saya masuk gymnastic Ade Rai di Atrium Senen. Waktu itu memang tujuan saya untuk mendapatkan ‘body shape’ yang menarik dan tentu saja untuk menjaga kesehatan. Setelah beberapa kali mengikuti latihan dan mendapat wejangan-wejangan dari Ade Rai an juga instruktur di sana, yang pertama dan terutama dalam berlatih di gymnastic dan olah raga apapun adalah kesehatan. Performance dan prestasi adalah hal lain yang mengikutinya.

Dari mengikuti latihan di Ade Rai gym itu banyak sekali manfaat yang saya dapatkan, diantaranya: penting nya proses stretching otot sebelum latihan untuk menghindari cedera otot, pentingnya menaikkan suhu tubuh sebelum mengangkat beban, bagaimana berlatih dengan benar, mengenal anatomi otot pada tubuh manusia, bagaimana memanage tingkat kalori dengan menjaga asupan nutrisi dengan benar, bagaimana mengkombinasikan latihan beban dengan olahraga lain yg bersifat aerobic, bagaimana mengatur jadwal latihan dan masih banyak lagi, ijinkan saya membagikannya pada sesi-sesi berikutnya.

Menjaga kesehatan, senang setelah hampir 3 tahun meninggalkan gymnastic bulan September ini saya kembali masuk gymnastic. Walaupun tidak masuk gymnastic tapi olahraga jogging dan angkat berat dengan peralatan sederhana tetap di lakukan di rumah. Tapi memang peralatan dan program di gymnastic adalah yang paling ideal. Di daerah Sudirman ada gymnastic Hatch & Clarks yang memiliki fasilitas baik dengan harga terjangkau. Ada fasilitas weight training, jogging treadmill, hiking treadmill, sepeda stationer, step dance, hip-hop, yoga, squash, aerobic dengan instruktur yang siap memberikan masukan.

Kembali ke gymnastic bukan lagi untuk gagah-gagahan membangun otot yang membongkah-bongkah seperti dewa-dewa Yunani, tapi lebih kepada melatih otot supaya lebih kuat juga melatih tulang dan persendian. Weight training dilakukan untuk mendapatkan tujuan tersebut, sedangkan untuk pembakaran lemak dilakukan dengan melakukan jogging treadmill, hiking atau sepeda. Untuk flexibilitas ambil yoga. Flexibilitas sangat diperlukan untuk olahraga golf. Gymnastic sport memang sangat membantu untuk meningkatkan performansi kita dalam melakukan olahraga lainnya. Untuk Golf misalnya, sinergi otot punggung, otot bahu, otot kaki, torso sangat diperlukan. Latihan seperti Deadlift, squat, torso flex spinning, mesti diberi porsi khusus. Beda halnya dengan olahraga futsal, dimana otot kaki dan kinerja jantung sangat dominan.

Satu sesi olahraga untuk aerobic adalah 40 menit minimal dengan frekuansi 3-4 kali seminggu sangat bagus buat stamina, latihan weight training dengan satu sesi 45-60 menit dan frekuensi 3-4 kali seminggu sudah cukup baik. Tapi jika weigt training dan sesi aerobic digabungkan sebaiknya weight training terlebih dahulu, aerobic belakangan. Ini dikarenakan weight training perlu tenaga sedangkan aerobic seperti jogging sangat menguras tenaga, jadi biarkan jogging di akhir untuk membakar lemak tubuh.

POLRI: Melindungi dan Melayani Masyarakat

Beberapa hari ini saya mengemudikan mobil tanpa SIM A yang valid, karena mestinya sudah harus perpanjang per bulan Agustus kemarin. Tapi karena KTP DKI hilang dan urus yg baru kelar minggu lalu, maka saya putuskan untuk pergi ke SAMSAT untuk urus SIM A dari Polda Metro. SIM A yg kadaluarsa didapat dari Jawa Barat, dan saya sudah mengetahui bahwa untuk perpanjangan mutasi ini tidak bisa menggunakan jasa sim keliling.

Untuk urusan mutasi ini saya mesti datangi dulu polres Jabar untuk cabut berkas, dan membawa surat pengantar sebagai persyaratan mendapatkan SIM di Jakarta. Tapi saya pikir perlu waktu minimal 2 hari, makan biaya – hanya untuk cabut berkas. Kabar-kabarnya Polri yang sudah online perihal pembuatan SIM ini ternyata belum terealisasi. Dan juga adanya informasi dari teman saya yang asal Jambi bagaimana dia mendapat SIM A, dengan proses mutasi untuk mendapatkan SIM B Jakarta bisa dilaksanakan dengan biaya Rp 350 ribu dalam proses waktu 3 jam – tapi itu terjadi di tahun 2004.

Penasaran saya ingin test case, saya datangin SAMSAT di jalan Daan Mogot. Ditengah jalan saya di cegat orang yang menawarkan jasa untuk bisa mendapatkan SIM A Jakarta dengan proses mutasi, dia menawarkan waktu Cuma setengah jam, biayanya Rp 600 ribu – saya tawar jadi Rp 400 ribu. Awalnya saya memang tidak nyaman dengan situasi transaksi yang terjadi diluar gedung SAMSAT, saya Tanya pada calo tersebut ada sekitar 4 orang, saya bilang bagaimana saya tahu kalau kalian tidak akan membawa lari uang saya, lalu mereka meyakinkan saya untuk tinggal mendatangi loket nomor 18, karena ada orang dalam di sana. Calo tersebut meminta uang Rp 400 Ribu kemudian membaginya jadi tiga bagian, yang satu dimasukkan ke amplop putih di steples dan bilang jangan dibuka sampai tiba di SAMSAT, yang kedua Rp 100 ribu diberikan lagi kepada saya, dan yang ketiga diambil calo saya lihat sekitar 3 lembar Rp 50 ribu. Karena saya tidak mau percaya begitu saja, saya ambil wajah mereka dengan kamera video dari handphone dengan diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Setelah menerima kwitansi tanda terima dari sang calo dan tertulis telah menerima uang Rp 400 ribu, saya pun diantar ke SAMSAT.

Sesampainya di SAMSAT banyak yang menawarkan jasa proses pembuatan SIM, saya bilang tidak terima kasih – sudah ada, saya langsung menuju ke loket nomor 18. Pertama saya beli dulu form kesehatan Rp 10 ribu, test mata, lalu mencari loket nomor 18, ternyata saya diminta ke tempat administrasi pendaftaran dan isi dan bayar form pendaftaran. Saat saya mau minta form pendaftaran, seorang ibu yang bertugas disana bilang saya mesti cabut berkas dulu dari Polres Jabar karena kasusnya mutasi, wah saya bilang kok tadi ada informasi bisa cabut berkas di sini, si ibu administrasi tetap tidak mau, ternyata benar dugaan saya, bahwa ada tipu tipu telah menimpa saya. Akhirnya saya datangi polisi yang di pos pengaduan, saya bilang saya mau melaporkan penipuan, sang polisi Tanya apakah saya tahu orangnya, berapa uang yang sudah diberikan, dan pertanyaan lainnya dari tiga orang polisi. Saya bilang kalau namanya saya tidak tahu pak, tapi saya ada rekaman video wajah nya pak, setelah melihat wajah orang di handphone saya, sang polisi keluar ucap ooh ini ibu Tini, lalu saya di rujuk untuk ketemu Pak Warsito di pos depan. Saya pun ke pos depan dan menjelaskan kembali duduk perkara nya. Pak Warsito pun meminta saya membuka amplop yg di steples, ternyata uang nya Cuma Rp 150 ribu jadi si calo sudah mengambil uang Rp 150 ribu. Pak Warsito yang saya yakin juga adalah polisi, meminta saya untuk menunggu di pos-nya. Selang 15 menit Pak Warsito datang dan membawa kembali uang saya Rp 150 ribu dari sang calo. Dia memberitahukan untuk lain kali tidak berurusan dengan calo-calo diluar SAMSAT. Tapi ikut prosedur yang resmi. Lalu saya terangkan kepada Pak Warsito kalau saya bukannya tidak mau ikuti prosedur resmi, tapi saya tidak suka prosedur yg panjang, berbelit-belit, makan waktu dan biaya. Saya bilang bahwa yang saya lakukan ini adalah terobosan untuk Polri, kalau perpanjangan SIM bisa dengan jasa SIM keliling, kenapa SIM mutasi belum bisa cepat, katanya sudah online. Pak Warsito pun menerangkan kalau untuk cabut berkas bisa-bisa saja dari SAMSAT, dan dia mau Bantu asalkan tidak ada persepsi yang tidak baik terhadap citra kepolisian. Saya bilang kepada Pak Warsito memang sudah seharusnya Polisi membantu dan melindungi masyarakat , dan saya tidak menemukan adanya pelanggaran baik secara hukum maupun norma untuk kasus saya ini (sooty bener), saya sudah ikhlas kok bayar Rp 400 ribu kalau memang bisa memangkas prosedur birokrasi cabut berkas. Akhirnya dari radio panggilnya Pak Warsito kontak orang dalam, dan saya pun bertemu Pak Apik. Di dalam saya bayar form pendaftaran Rp 60,000 dan bayar administrasi cabut berkas Rp 200 ribu. Lalu saya di foto. Tidak sampai satu jam dari semenjak bertemu Pak Apik, SIM A saya pun di dapat.

Jadi total pengeluaran untuk mutasi SIM A adalah Rp 270,000; dan proses waktu hanya 50 menit. Berapa biaya resmi yang mesti dikeluarkan saya sendiri tidak tahu, tapi yang pasti saya sudah senang bisa mengurus mutasi SIM A tanpa mesti ambil cuti 2 hari dan menempuh jarak 500 kilometer hanya untuk cabut berkas.

Pak Apik pun mengantarkan saya sampai pintu keluar, diluar saya bertanya kepada dia, berapa jasa yang saya harus bayar pada Pak Apik; dia bilang tidak usah , dia bilang saya sudah senang bisa bantu Bapak. Saya pun berterima kasih pada Pak Apik, di pos depan saya lambaikan tangan tanda ucapan terima kasih pada Pak Warsito.
Sungguh Polisi yang melindungi dan melayani masyarakat.

Minggu, 14 September 2008

Futsal Part II




Siapa yang tidak suka main bola, di negeriku Indonesia walaupun juara dunia nya dari olahraga bulutangkis, sepak bola tetap primadona. Jadi walaupun usia ini sudah kepala 3 tapi tetap bermain bola. Ya minimal aku sudah mengajari anakku Gerald tiap Sabtu bagaiman dribbling, passing, deffence, scoring – sudah bisa dia lakukan itu di usia nya yg ke-4. Kostum favoritnya kunig biru nya timnas Brasil, terinspirasi sinetron Ronaldowati.

Futsal Part II ini memang lanjutan dari futsal pertama di bulan Mei, Cuma karena permintaan dari rekan-rekan lainnya supaya jangan hari Sabtu – karena suka bentrok dengan acara lainnya jadilah dipilih hari Jumat 5 September 2008. Kami bermain di Hanggar Futsal Pancoran – dekat plasa Aldiron.

Permainan kali ini dihadiri oleh banyak teman seangkatanku 91 – Ada Ramses, Gorga, Luhut, Binsarto, Fredrick, Leo dan dari angkatan lainnya Rustam 92, Ulbrits 92. Lumayan lah peserta lebih banyak jadi ngga ngos-ngosan seperti yang pertama.

Hasil latihan di halaman rumah ternyata cukup membantu, aku berlatih controlling bola, dribbling melewati rintangan dan latihan beban. Hasilnya ngga sekaku futsal pertamaku. Mungkin kedepannya mulai memasuki tahapan taktik dan strategi, karena permainan di part kedua ini cukup melelahkan, tanpa taktik tanpa strategi. Maju mundur ke belakang tanpa formasi yang jelas melelahkan juga ternyata.

Bisnis futsal ternyata menggiurkan ya, di hangar futsal misalnya ada 3 lapangan, satu lapangan sewa perjam nya Rp 400 ribu, dan itu penuh terus sampai malam. Karena lagi bulan puasa saja kami bisa main, pada hari biasa akan kesulitan untuk booking.

Dengan melihat minat yang ada dan menjadi acara kebersamaan teman-teman lama yang boleh dibilang jarang sekali bertemu, misalnya saja aku tidak ketemu rekan ku Gorga semenjak lulus kuliah 1994, jadi futsal kemarin memepertemukan kembali setelah 14 tahun. Dan di acara itu pula ada beberapa informasi yang kudapat dari rekan-rekan baik yang serius seperti ada yang masuk parpol dan ada juga yang lainnya seperti rekan Luhut yang menjadi juara dunia kedua olahraga Taspony sebagai delegasi Indonesia. Olahrga ini termasuk olahraga baru, dan berasal dari Jepang.

Hal menarik lainnya bagaimana cerita-cerita lama yang seru, yang lucu-lucu menggelikan dan tak akan terlupakan itu muncul kembali. Cerita yang tersimpan lama dalam memori otak manusia, cerita diantara teman, cerita yang mungkin baru akan terlupa saat otak ini tak mampu lagi untuk mengingatnya, entah kapan.
Saat foto bersama, berdiri kiri ke kanan: Luhut, Ramses, Ulbrits, Binsarto
jongkok kiri ke kanan: Rustam, Gersom, Gorga dan ke empat anaknya, Frederick

Golf - Teach me how to swing


Masih teringat dalam ingatan ini bagaimana mengayun tongkat golf dan menyapu angina tanpa mengenai bola golf. Peristiwa itu terjadi tahun 2005, saat itu perusahaanku menang tender EPC kontrak dalam proyek eksplorasi panas bumi Darajat III di Garut. Chevron sebagai project owner, Kanematsu dan Thiess membentuk consortium untuk eksplorasi panas bumi dengan kapasitas 110 MW.

Dan adalah pada suatu waktu Chevron mengundang meeting dari member of consortium. Waktu itu yang terlibat langsung adalah temanku Ahmad Yani Siata, pertemuan berlangsung di hotel Novotel Bogor. Tapi entah kenapa rekan saya ngga bisa hadir, dan saya diminta atasan saya Yasuo Chiba san untuk ikut hadir. Sesampainya disana ternyata ada sesi golf. Waduh, aku belum pernah sama sekali – jangankan main langsung 18 hole, pukul bola di driving course aja belum.

Walaupun aku sudah menolak dengan halus supaya ngga ikutan main, tapi relasi bisnis dari Chevron dan Thiess minta saya ikutan saja. Aku pikir okelah sekalian belajar, apa susahnya sih. Mana kulihat lawanku udah lebih tua, masa kalah anak muda ini. Hole pertama pun dijalani. Aku lihat cara mereka mengayun tongkat golf, ping! Bola meluncur deras kea rah bendera, jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh.
Setelah semuanya memukul, tibalah giliranku, kuputar badanku dan kuatun tongkat itu sekencang mungkin wesssssssssss….bunyi tongkat menyapu angina, aku pun ngga sabar menengok kemana arah bola, mana? Kok tidak ada? Kulihat ke tempat bola ditaruh, ternyata bola itu masih ada disana, astaga…aku luput. Kucoba sekali lagi tidak kena juga. Malu aku. Tapi rekan-rekan bisnis dari Chevron dan Thiess menyemangati terus, kupukul sekali lagi tapi lebih pelan, dhess, asal kena…..

Setiap kuceritakan peristiwa itu pada teman-temanku, ada yang tertawa sampai terpingkal-pingkal termasuk rekanku Ahmad Yani, akhirnya aku tahu kalau dia juga memang mau menghindari permainan golf itu.

Tapi peristiwa itu menjadi satu titik awal untukku bahwa aku pasti bisa main golf, suatu saat nanti. Kapan? Tiga tahun berlalu tanpa ada perkembangan berarti, sampai pada suatu saat tiba-tiba aku memutuskan untuk melakukan virtual swing di halaman rumahku. Seratus kali, dua ratus kali dan terus, terus. Dan dari catatan waktu itu - Agustus tahun 2008 ini aku memutuskan untuk tetap berlatih golf kapanpun saat ada kesempatan dan meraih kemampuan bermain golf yang lebih baik.

Ternyata main golf tidak semudah yang kupikirkan, ada 30 lebih gerakan yang mesti terekam dalam otak sehingga gerakan swing menjadi optimal. Mulai dari posisi kaki, posisi tubuh, teknik memegang stick, pandangan mata, dominasi bahu, ayunan bandul, back swing, down swing. Intinya bagaimana menhasilkan torsi tubuh sesuai kebutuhan untuk mengirimkan bola golf ke tujuan.

Jarak titik awal ke tujuan bisa lebih dari 300 meter, jadi adalah hal yang mengasikan bagaimana bola golf dikirimkan seperti rudal balistik ke area sasaran. Dan untuk bisa sejauh itu torsi tubuh yang akan dialirkan melalui tongkat golf harus optimal.

Kucoba menyusurin youtube dan melihat tips dan trick bermain golf, lumayan lah buat nambah-nambah informasi belum lagi di kantor ada rekan senior Pak Wiryono yang jam terbang golf nya cukup tinggi mau mengajariku dan ada juga Amang B. Sinaga yang sudah memenangi beberapa turnamen golf juga mau mengajariku main golf. Tiap akhir pekan kalau ketemu pasti ada ngomongin golf.

Main golf itu memang mengasikan. Tulisan mengenai golf ini pasti berlanjut, seperti berlanjutnya permainan golf ku.