Senin, 16 Maret 2009

Pesta Demokrasi 2009


Dalam hitungan hari bangsa Indonesia akan menggelar hajatan demokrasi pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat di DPR/MPR dan President-Wakil Presiden. Hari ini ditetapkan sebagai hari pertama kampanye umum yang memperbolehkan anggota partai politik ataupun simpatisan turun ke jalan untuk mendemonstrasikan keberpihakkannya pada satu partai politik tertentu. Sebelum kampanye resmi ini digelar sudah banyak kampanye terselubung digelar baik ditulis di media cetak atau pun media elektronik. Pelanggaran-pelanggaran pun menjadi catatan bagi panitia pengawas pemilu kali ini, tindakan tegas masih kurang diperlihatkan. Bisa dilihat jalan-jalan di tiap kota kotor oleh tempelan gambar gambar wajah entah siapa yang mungkin tak kau kenal atau ku kenal semuanya. Mereka yang punya wajah terkenal tentu tidak perlu menempelkan wajahnya di dinding kota atau tempat kosong lainnya. Mereka yang sudah terkenal akan didatangi partai politik diajak bergabung dan ditawari untuk duduk di lembaga legislatif mewakili partainya.


Media Elektronik atau media cetak boleh memaparkan visi misi dari caleg yang berpengalaman atau sudah pernah bekerja di lembaga legislatif, tapi popularitas terkadang belum jadi milik mereka. Dan sang artis yang boro-boro bisa ngurusin negara, ngurusin rumah tangga sendiri aja terkadang berantakan cerai-berai. Tapi tetap saja rakyat lebih suka artisan yang mewangi penuh glamor daripada kebanyakan politikus yang sudah dicap busuk oleh masyarakat. Rano Karno bisa menjadi wakil bupati Tangerang, juga Dede Yusuf menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat. Apakah Dedy Mizwar juga nanti jadi President?

Bangsa Indonesia boleh bangga dalam melakukan lompatan jauh dalam tatanan berdemokrasi. Pemilihan anggota dewan dan Presiden secara langsung menjadi salah satu bukti lompatan tersebut dimana rakyat bisa langsung memilih calon-nya. Tidak dipungkiri juga bahwa sistem pemilihan langsung tersebut masih menyisakan beberapa sisi lemah untuk di benahi. Pemilu yang mengusung banyak partai membuat suara pemilih begitu tersebar, partai-partai besar yang dominan pun tidak begitu mencolok lagi perbedaan dalam pengumpulan suara. Dan koalisi pun menjadi senjata ampuh dalam memperebutkan kekuasaaan. Partai dengan persentasi terbesar lah yang bisa bisa mencalonkan presiden dan wakilnya, partai dengan perolehan suara lebih kecil silahkan bergabung nanti diberi jatah dalam kursi kabinet.

Manuver partai politik untuk posisi capres dan wapres mulai memanas, SBY-JK yang boleh dibilang masih menjadi calon kuat mulai terlihat renggang. Apakah ini sekedar strategi politik? Siapa yang tahu. Bisa saja JK menjadi capres dari partai golkar untuk menghambat capres lainnya yang bisa dimunculkan dari partai pohon beringin itu. Dengan majunya JK diharapkan golkar mendukung sepenuhnya, karena dari partai tersebut Sultan Hamengkubuwono sudah siap juga maju jadi Capres. Tapi penjajakan Akbar Tanjung menjadi Wapres bisa menggoyang manuver JK jadi capres, juga Surya Paloh atau bisa jadi Aktivis Beringin lainnya tapi ini bisa terlihat setelah pemilu legislatif digelar terlebih dahulu. PDI-P sebagai oposan tentu lebih senang jika SBY-JK terpisah, karena Megawati belum mendapatkan Cawapres sepadan untuk menjadi tandingan SBY-JK. Maka konflik Megawati – SBY pun di panaskan kembali, tentu ini bukan suatu hal baru dalam dunia politik. Capres lain yang mulai terlihat bersinar seperti Prabowo pun tidak serta merta melenggang dengan tenang, buku penuturan Sintong Panjaitan mencoba menggoyang dan membeberkan sepak terjang Prabowo dalam kancah politik nasional. Masih teringat Mama Lauren sang peramal yang berani mengatakan bahwa pemenang pemilu Presiden 2009 adalah seorang Jenderal, tapi bukan Jenderal yang saat ini jadi Presiden (SBY) benarkah? Atau ramalan Mama Lauren yang meleset? Apakah politik bisa diramalkan juga?

Lain capres yang memiliki kendaraan partai lain lagi capres indie (independent). Capres yang tidak mau terikat dengan parpol ternyata masih belum bisa melaju mulus mengikuti kontes perebutan kekuasaan. Parpol di Indonesia belum siap untuk capres Indie. Berbagai alasan capres indie menyeruak dan di gagas parpol, sehingga gugurlah capres indie seperti Fadjroel.

Maka yang tak puas pun berteriak Golput, idealisme Sri Bintang Pamungkas dan kekecewaannya yang begitu mendalam terhadap politikus negara ini menjadikan konsistensi nya untuk tidak memilih dan di pilih. Bagaimanapun golput adalah satu pilihan dalam kehidupan demokrasi. Tapi bagi mereka yang masih memiliki harapan untuk sistem demokrasi bangsa Indonesia menjadi lebih baik tanpa harus mengijinkan praktek politik kotor dan korup, sudah sepantasnya menggunakan hak pilihnya. Karena tidak semua politisi itu busuk, dan tidak semua partai politik itu Cuma mengumbar janji tapi sedikit atau tanpa bukti. Selamat menikmati riuhnya kampanye, selamat berdemokrasi.

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda