Selasa, 14 Juli 2009

Ketika Kepala Anakku terjepit Eskalator


Punya anak adalah suatu anugerah yang tidak ternilai harganya, seperti melihat kembali gambar kita waktu kecil. Curahan kasih sayang coba kita limpahkan dari hati dan dengan segenap kemampuan. Sebagai orang tua kita mencoba menjaga anak-anak kita sebaik mungkin karena mereka masih kecil belum mengerti arti bahaya, belum paham arti beracun dan potensi bahaya lainnya.

Ceritanya Hari Minggu seperti biasa kami ke Gereja, karena organisasi gereja kami belum memiliki ijin mendirikan bangunan maka kegiatan ibadah dilaksanakan di mal Citraland Jakarta Barat.

Dan seperti minggu-minggu sebelumnya selesai acara ibadah kami makan siang, atau menemani anak kami bermain yang ada di mal tersebut kalau kebetulan anak kami ikut serta. Nah Minggu kemarin tanggal 5 Juli, anak kami ikut ibadah orang tua jam 11 siang, selesai ibadah makan siang dan kebetulan ada wahana bermain seluncuran, mandi bola ya jadilah menemani anakku selama setengah jam.

Selesai bermain-main dan makan siang rencana kami pulang ke rumah, kebetulan ada poster 3 dimensi dari film Ice Age yang sudah kami tonton sehari sebelumnya, jadi kuajaklah si kecil Gerald untuk foto bersama, tapi si kecil menolak, akhirnya sendiri akhirnya yg diambil foto nya oleh mama Gerald, jepret....

Tapi tidak disangka kalau kejadian foto yang cuma sekali jepret itu bahaya yg mengintai si kecil menjelma menjadi kejadian yg tidak diinginkan, kepala anakku sudah berada di ditengah-tengah eskalator (tangga jalan ) dan dinding kaca, dengan posisi muka menghadap lantai. Sementara eskalator masih berjalan.

Sekelebat jantungku seperti mau berhenti - saking kagetnya, Tuhan tolong teriakku, aku langsung menarik kepala anakku ke atas, tidak bisa !

aku semakin panik, Gerald diam saja ngga teriak kesakitan, membuat aku lebih panik lagi...apa sudah pingsan atau bagaimana keadaannya aku tidak tahu....saking paniknya aku paksa menarik kepalanya dari jepitan Eskalator-Kaca pembatas itu ke atas sampai karet eskalator dibagian itu terangkat, dan kepala Gerald pun berhasil keluar....

Mama nya panik teriak-teriak histreris, Gerald pikir dia dimarahin, malah jadi nangis dia....

aku lihat kondisi kepalanya samping kiri memerah kulit dibagian kepala belakang telinga, sedangkan di bagian kanan merahnya lebih parah, mungkin karena tertarik-tarik oleh karet eskalator. Sedangkan kepala bagian depan benjut dan ada luka bekas kuku tanganku yang menarik paksa.

Setelah keadaan lebih tenang, aku melapor pada bagian sekuriti mal untuk menutup bagian yang kosong antara dinding kaca dan eskalator di lantai ground tsb supaya kejadian yg menimpa Gerald tidak menimpa anak lainnya.

Kemudian kami langsung berangkat ke Rumah Sakit Siloam di Kebon Jeruk, untuk memeriksa kondisi kepala Gerald.

Di Unit Gawat Darurat dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan CT-Scan, sayang dokter bagian radiology tidak ada pada hari Minggu, tapi dari analisa dokter jaga, tidak ada kelainan atau hal-hal yang membahayakan, selain lecet dan luka memar yang bisa dikasih salep thrombopop. Dokter menyarankan untuk melihat dua hari ke depan adakah muntah, kalau ada mungkin ada gegar otak.

Dan setelah kami menerima hasil diagnosa dari specialist, puji Tuhan kondisi kepala Gerald di diagnosa baik tidak ada kelainan. Dan Gerald pun tidak ada muntah.

Pelajaran yg bisa diambil dari kejadian ini,

1. Jangan meleng / teralihkan perhatian ditempat-tempat umum seperti mal saat menjaga anak. Karena potensi bahaya sekecil apapun bisa menjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

2. Ketika terjadi sesuatu, tidak panik. Ini tidak gampang. Contohnya dari kejadian Gerald, kalau bapaknya ngga panik mungkin tidak perlu ada pengeluaran kepala secara paksa , karena setelah kejadian ternyata Gerald memasukkan kepala dari arah bawah dimana jarak dinding kaca dengan eskalator lebih lebar dari kepalanya. Sedangkan jarak itu menyempit semakin keatasnya. Itulah mengapa Gerald terjepit dibagian atas.

3. Tidak memarahi anak setelah kejadian, karena ini akan menimbulkan pukulan tambahan secara psikologis, ini terbukti Gerald yang biasanya memiliki energi banyak terkuras dengan kejadian itu. Sore-sore sudah tertidur (biasanya tidur jam 11 malam); dan mengigau sepanjang tidurnya.

Begitulah sharing pengalaman yang bisa kubagikan, puji Tuhan, Gerald Selamat.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda