Senin, 08 Juni 2009

Belajar dari Yusuf


Saat ini dunia dalam cengkeraman krisis ekonomi, dan masing-masing negara mencoba untuk mencari solusi untuk keluar dari krisis. Memang ada beberapa negara yang mengklaim bahwa ekonomi negaranya tidak mengalami krisis malah terjadi pertumbuhan, salah satunya Indonesia. Apakah pertumbuhan tersebut dirasakan oleh semua masyarakat atau hanya pertumbuhan angka-angka saja, tidak akan dijelaskan disini.

Permasalahan ekonomi ini menjadi lagu wajib yang dinyanyikan lantang oleh ketiga pasangan calon Presiden dan wakilnya di Indonesia. Calon nomor 1 Megawati-Prabowo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menyentuh rakyat secara menyeluruh, sedangkan calon nomor 2 Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono mengklaim keberhasilan pemerintahannya dalam membangun pertumbuhan ekonomi 4% adalah luar biasa ditengah krisi ekonomi dunia, lalu ada calon nomor 3 Jusuf Kalla dan Wiranto mengatakan bahwa semestinya bangsa dan negara ini bisa lebih cepat dalam mencapai kemajuannya.

Tanpa bermaksud mengarahkan untuk memilih siapa dan memihak kepada calon tertentu, dalam Alkitab ada satu tokoh yang begitu terkenal dalam membuat strategi keluar dari krisis namanya Yusuf anak Yakub orang Ibrani. Dan bangsa yang dibebaskan dari krisis adalah Mesir.

Mengacu pada konsep The right man in the right place sepertinya mudah, tapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Mencari the right man tidaklah gampang, karena the right man disini bukan hanya menyangkut skill dan knowledge tapi juga attitude.

Yusuf adalah anak kesayangan Yakub, seorang pemimpi, tapi memiliki sikap yang baik. Tidak ditemukan dalam nats Alkitab kesalahan sikap Yusuf dalam perjalanan hidupnya. Tapi hal itu malah mendatangkan kebencian dari saudara-saudaranya. Dan benci itu semakin menjadi ketika mimpi Yusuf tentang matahari, bulan dan sebelas bintang yang menyembah Yusuf, karena dianggap saudara-saudaranya Yusuf hendak menjadi raja atau penguasa atas mereka. Siapa mau di pimpin oleh orang yang lebih muda....sang pemimpi.

Yusuf adalah orang yang takut akan Tuhan atau bahasa yang sering dikenal adalah Tawakal. Ketika seseorang meyakini akan kebesaran Allah, maka sisi kemanusiaan yang tidak baik atau tidak mulia akan dihindari atau dijauhi dan mengikuti apa yang seharusnya dilakukan, apa yang baik, yang benar dan berkenan kepada Allah.

Yusuf menghindari energi negatif dari setiap aspek kehidupan yang di laluinya, saudara-saudaranya hendak membunuhnya tapi tidak ada balas dendam dalam diri Yusuf walau pun dia punya kuasa untuk itu. Juga kenikmatan dunia yang bisa dia dapat dari istri Potifar yang adalah Bos yang mempekerjakannya, Yusuf tidak menyalahgunakan kuasa atas semua milik Potifar.

Lalu bagaimana dengan kemampuan menangani negara keluar dari krisis? Yusuf diberikan talenta untuk memiliki mimpi dan juga menafsirkan mimpi, melalui mimpi ini kerajaan Mesir terlepas dari krisis kelaparan dan ekonomi pada waktu itu. Dengan talenta yang dia miliki dan tentu saja penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa maka Firaun Raja Mesir mempercayakan negaranya untuk dipimpin Yusuf, hasilnya? Mesir bisa bertahan dan tidak terkena krisis kelaparan, rakyat Mesir dan juga bangsa-bangsa di sekitarnya pun ikut merasakan berkat dari Mesir yang di pimpin Yusuf.

Adakah para pemimpin bangsa ini yang mau belajar dari Yusuf, bahwasanya menjadi takut akan Tuhan atau tawakal adalah hal yang baik yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang baik menjadi teladan bagi rakyatnya. Belajar dari Yusuf bahwa memiliki mimpi adalah tidak salah atau istilah modern nya adalah memiliki visi, dan mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaannya. Bagaimana untuk tidak mementingkan diri sendiri, tapi menjadikan kepentingan bangsa hal yang terdepan. Tidak mudah mendapat pemimpin seperti Yusuf tapi tidak susah kalau para pemimpin yang ada di negara ini mau belajar dari hal-hal sederhana yang Yusuf lakoni dalam keberhasilan hidupnya, pemimpin yang berhasil.

Gambar dari Wikipedia.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda